https://www.researchgate.net/publication/317717593_ANALISIS_TOPOGRAFI_PERMUKAAN_LOGAM_DAN_OPTIMASI_PARAMETER_PEMOTONGAN_PADA_PROSES_MILLING_ALUMINIUM_ALLOY
Sobron Yamin Lubis & Agustinus
Christian
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Tarumanagara
Jl.Letjen. S.Parman No 1 Jakarta-11440.
e-mail:
sobronl@ft.untar.ac.id
Abstract
Pada
proses pemotongan logam, disamping penggunaan mata pahat, parameter pemotongan memiliki
peranan penting dalam pembentukan logam. Parameter pemotongan tersebut antara
lain kecepatan pemotongan, hantaran, dan kedalaman potong. Ketika proses
pemesinan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan laju produksi maka
dapat dilakukan dengan peningkatan kecepatan potong, namun bahagian sisi mata
potong yang mengalami kontak dengan permukaan benda kerja akan mengalami
keausan yang lebih cepat, apabila proses berlangsung terus menerus, maka pada suatu
saat mata pahat akan rusak dan efeknya kondisi topografi permukaan objek yang
dihasilkan menjadi lebih kasar.Pada proses pemesinan aluminium, umumnya dapat
dilakukan dengan menggunakan mata pahat HSS, pemesinan dilakukan dengan
menggunakan cairan pendingin untuk menjaga agar keausan mata pahat tidak cepat
terjadi. Namun untuk meningkatkan laju produksi, maka kecepatan kecepatan
potong harus ditingkatkan, sehingga mata pahat karbida menjadi pilihan yang baik
untuk pengerjaan tersebut. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan kajian
analisis topografi permukaan logam pada proses pemesinan milling sebagai efek
dari penggunaan variasi parameter pemotongan, agar diketahui penggunaan
parameter pemotongan yang optimal untuk menghasilkan kondisi topografi
permukaan logam yang baik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mesin milling
CNC Mazak. Pemotongan logam dilakukan dengan menggunakan dua jenis mata pahat
yaitu HSS dan karbida. Logam yang digunakan adalah aluminium paduan 6061 dengan
dimensi panjang: 50 mm, lebar: 50 mm, tinggi: 50 mm. Lima variasi tingkat kecepatan
pemotongan digunakan antara lain 52, 56, 60, 64, dan 68 m / min, kedalaman
potong 0,2 mm. Proses pemotongan logam menggunakan mata pahat jenis HSS dilakukan
dengan cairan pendingin, sedangkan pemotongan menggunakan mata pahat karbida
dilakukan tanpa menggunakan cairan pendingin. Benda kerja yang dihasilkan dari
proses milling dilakukan pengukuran kekasaran permukaan menggunakan alat ukur surface
test Mitutoyo. Untuk menganalisis topografi permukaan benda kerja dilakukan
dengan menggunakan mikroskop digital. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
bahwa bahwa kecepatan potong memberi efek perubahan terhadap nilai kekasaran
permukaan benda kerja, karena semakin tinggi kecepatan potong yang digunakan
maka nilai kekasaran permukaan yang dihasikan menjadi lebih kecil, berarti
permukaan benda kerja menjadi semakin halus. Perbandingan penggunaan mata
pahata HSS dan karbida menunjukkan bahwa pada kecepatan pemotongan rendah, mata
pahat HSS menghasilkan nilai kekasaran permukaan yang halus, sedangkan pada
kecepatan potong tinggi tanpa menggunakan pendingin, mata pahat potong karbida
menghasilkan permukaan nilai kekasaran halus. Nilai kekasaran permukaan yang
terkecil diperoleh sebesar 1,92 mikron pada kecepatan potong dari 68 m / min
menggunakan mata pahat karbida. Dari analisis topografi permukaan benda kerja
diketahui bahwa semakin besar nilai kekasaran permukaan benda kerja, maka jarak
sayatan yang terjadi pada topografi permukaan logam menunjukkan semakin lebar.
Kata
kunci: Topografi, kekasaran permukaan, kecepatan potong, proses milling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar