Senin, 09 Januari 2017

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

https://www.researchgate.net/publication/317717593_ANALISIS_TOPOGRAFI_PERMUKAAN_LOGAM_DAN_OPTIMASI_PARAMETER_PEMOTONGAN_PADA_PROSES_MILLING_ALUMINIUM_ALLOY



Sobron Yamin Lubis & Agustinus Christian
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Jl.Letjen. S.Parman No 1 Jakarta-11440.
e-mail: sobronl@ft.untar.ac.id

Abstract
Pada proses pemotongan logam, disamping penggunaan mata pahat, parameter pemotongan memiliki peranan penting dalam pembentukan logam. Parameter pemotongan tersebut antara lain kecepatan pemotongan, hantaran, dan kedalaman potong. Ketika proses pemesinan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan laju produksi maka dapat dilakukan dengan peningkatan kecepatan potong, namun bahagian sisi mata potong yang mengalami kontak dengan permukaan benda kerja akan mengalami keausan yang lebih cepat, apabila proses berlangsung terus menerus, maka pada suatu saat mata pahat akan rusak dan efeknya  kondisi topografi permukaan objek yang dihasilkan menjadi lebih kasar.Pada proses pemesinan aluminium, umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan mata pahat HSS, pemesinan dilakukan dengan menggunakan cairan pendingin untuk menjaga agar keausan mata pahat tidak cepat terjadi. Namun untuk meningkatkan laju produksi, maka kecepatan kecepatan potong harus ditingkatkan,  sehingga  mata pahat karbida menjadi pilihan yang baik untuk pengerjaan tersebut. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan kajian analisis topografi permukaan logam pada proses pemesinan milling sebagai efek dari penggunaan variasi parameter pemotongan, agar diketahui penggunaan parameter pemotongan yang optimal untuk menghasilkan kondisi topografi permukaan logam yang baik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mesin milling CNC Mazak. Pemotongan logam dilakukan dengan menggunakan dua jenis mata pahat yaitu HSS dan karbida. Logam yang digunakan adalah aluminium paduan 6061 dengan dimensi panjang: 50 mm, lebar: 50 mm, tinggi: 50 mm. Lima variasi tingkat kecepatan pemotongan digunakan antara lain 52, 56, 60, 64, dan 68 m / min, kedalaman potong 0,2 mm. Proses pemotongan logam menggunakan mata pahat jenis HSS dilakukan dengan cairan pendingin, sedangkan pemotongan menggunakan mata pahat karbida dilakukan tanpa menggunakan cairan pendingin. Benda kerja yang dihasilkan dari proses milling dilakukan pengukuran kekasaran permukaan menggunakan alat ukur surface test Mitutoyo. Untuk menganalisis topografi permukaan benda kerja dilakukan dengan menggunakan mikroskop digital. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa bahwa kecepatan potong memberi efek perubahan terhadap nilai kekasaran permukaan benda kerja, karena semakin tinggi kecepatan potong yang digunakan maka nilai kekasaran permukaan yang dihasikan menjadi lebih kecil, berarti permukaan benda kerja menjadi semakin halus. Perbandingan penggunaan mata pahata HSS dan karbida menunjukkan bahwa pada kecepatan pemotongan rendah, mata pahat HSS menghasilkan nilai kekasaran permukaan yang halus, sedangkan pada kecepatan potong tinggi tanpa menggunakan pendingin, mata pahat potong karbida menghasilkan permukaan nilai kekasaran halus. Nilai kekasaran permukaan yang terkecil diperoleh sebesar 1,92 mikron pada kecepatan potong dari 68 m / min menggunakan mata pahat karbida. Dari analisis topografi permukaan benda kerja diketahui bahwa semakin besar nilai kekasaran permukaan benda kerja, maka jarak sayatan yang terjadi pada topografi permukaan logam menunjukkan semakin lebar.

Kata kunci: Topografi, kekasaran permukaan, kecepatan potong, proses milling.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Pengaruh kecepatan potong proses pembubutan Baja AISI 1045 terhadap gaya potong dan Terjadinya   BUE pada mata pahat karbida Sobron Lubis,...